Selasa, 01 September 2009

Investasi Akherat

Anak adalah Ujian
Salahsatu cita-cita dari pernikahan yang syah adalah lahirnya anak yang sholeh dan sholehah. Anak merupakan nikmat yang besar, terbukti ketika orang belum dikaruniai anak oleh Allah, ia merasa resah, gelisah, kehidupan berkeluarga terasa sepi, sehigga ia senantiasa berharap agar Allah segera memberikan anak yang akan membuat rumahtangganya menjadi penuh dengan kebahagiaan dan kesenangan.
Akan tetapi, nikmat yang besar dapat berubah menjadi bencana yang dahsyat jika salah dalam mendidiknya. Anak yang dihrapkan menjadi penyejuk pandangan berubah menjadi lawan yang senantiasa menebar permusuhan. Allah berfirman:
“Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(At Taghobun: 14)

Pahala Tak Terputus
Anak yang lahir di dunia merupakan nikmat bagi orangtua. barang siapa mendidiknya dengan baik, maka anak tersebut menjadi anak sholeh. Anak sholeh merupakan investasi yang tidak terputus, pahala itu akan mereka terima terus-menerus, walaupun keduanya sudah meninggal. Rasulullah bersabda:

إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلِهِ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٍ وَ عِلِمٍ يُنْـتَفَعُ بِهِ وَ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“ Apabila anak adam meniggal, maka terputus segala amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakannya”(H.R Muslim)

Jangan Jadikan Anak Anda Yatim
Sebagian orang mengira bahwa tanggung jawab terhadap anak adalah tanggung jawab yang bersifat material saja. Baju ia dibelikan yang paling mahal, kendaraan dibelikan keluaran terbaru, dan seluruh kebutuhan dicukupi. Akan tetapi, mereka lupa atau pura-pura tidak tahu bahwa tanggung jawab yang paling besar adalah tanggung jawab pendidikan anak-anak mereka. Rasulullah bersabda:
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا أَفْضَلُ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ.
“Tidaklah ada sesuatu yang lebih baik dari apa yang diberikan orang tua kepada anaknya selain akhlak yang mulia”(HR At-Turmidzi)

Pendidikan adab dan akhlak yang mulia merupakan benteng yang kokoh untuk melawan arus peradaban barat yang senantiasa mengikis adab-adab Islami. Jika benteng itu tidak ada, maka akan jadi apa generasi muda umat ini?.
Orang berilmu pasti tahu bahwa Islam telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap anak ketika masa perkembangan, seperti dikumandangkannya adzan dan iqomah ketika bayi baru lahir. Bahkan ketika masih belum lahirpun calon ayah dianjurkan agar mencari istri yang solehah, dengan harapan dari isteri yang solehah akan lahir generasi kuat jasmani dan rohani..
Akan tetapi sebaliknya, jika orang tua bersikap acuh tak acuh terhadap akhlak anaknya dan merasa cukup dengan mencukupi materi saja, maka anak tersebut laksana anak yang terlunta-lunta, karena tidak ada yang membenarkannya ketika salah dan tidak ada yang meluruskan ketika ia berjalan bengkok. Berkata Ahmad Syaukani(penyair) dalam bait syairnya:
“Anak yatim bukan yang ditinggal orangtuanya
yang membuat hidupnya menderita lagi terhina
Tapi anak yatim adalah yang merana
(ketika) ibu dan bapaknya masih ada tapi sibuk semua”

Kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat berimbas dengan terkikisnya iman dan adab Islami dalam pergaulan, dan orang yang pertama kali terpengaruh dengan perubahan tersebut adalah anak-anak. Oleh karena itu pada zaman sekarang ini anak-anak memerlukan perhatian khusus dalam memelihara dan mendidik mereka. Agar mereka tidak menjadi yatim pada saat hidup bersama orangtuanya.

Jangan Jadi Roqub (Orang Yang Terputus Keturunannya)


Istilah raqub merupakan istilah yang dikenal di Arab, menurut perkataan orang Arab artinya ialah orang yang ditinggal mati anak-anaknya. Sikap acuh orang tua terhadap pendidikan akhlak dan akidah bukan hanya berdampak pada anak saja. Akan tetapi, orangtua yang menelantarkan pendidikan anak-anaknya, kelak ia akan menyesal karena ia tidak akan mendapat apa-apa di akherat.
Pada suatu hari nabi ditanya para sahabat tentang roqub, maka nabi menjawab dengan pertanyaan:
مَا تَعُدُّوْنَ الرَّقُوْبَ فِيْكُمْ؟ قَالُوا: اَلَّذِيْنَ لاَ يُوْلَدُ لَهُ فَكَانَ الْجَوَابُ الْمُسَّدَدُ بِالوَحيْ: لَيْسَ ذَاكَ بِالرَّقُوْبِ وَلَكْنَّ الرَّجُلَ الَّذِي لَمْ يُقَدِّمْ مِنْ وَلَدِهِ شَيْئًا
“Apa yang dimaksud raqub menurut kalian?” mereka menjawab,”orang yang tidak mempunyai anak”. Maka jawaban nabi yang senantiasa berdasarka oleh wahyu,”Bukan itu yang dimaksud dengan raqub. Raqub adalah seseorang yang tidak tidak mendapatkan kebaikan dengan keberadaaan anaknya.(HR Ahmad dan Muslim)


Berbahagia Dengan Anak Perempuan

Permasalahan anak merupakan hal ghaib, tidak ada yang mengetahui kecuali Allah. Laki-laki maupun perempuan merupakan hak Allah yang tidak ada seorangpun dapat memaksa Allah agar meuruti keinginnya. Allah berfirman:

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”(As Syura: 49-50)

orang-orang jahiliyah marah dan malu jika mendapat kabar bahwa istrinya melahirkan anak perempuan, sebaliknya mata mereka akan berbinar-binar dan merasa senang jika mendapatkan anak mereka laki-laki. Firman Allah berfirman:

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah, Ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An Nahl: 58-539)

Nampaknya penyakit ini mulai menjakiti jiwa-jiwa orangtua pada zaman sekarang ini, Padahal seharusnya ia merasa bangga dan senang dengan anak perempuan, Nabi bersabda:
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّي تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَـاوَهُوَ كَهَاتَيْنِ, وَضَمَّ أَصَابِعَـهُ
“Barangsiapa mengasuh dua anak perempuan sehingga keduanya baligh, maka ia akan datang pada hari kiamat nanti bersama saya”. Kemudian menempelkan dua jarinya(telunjuk dan jari tengah)” (HR Muslim)

Bersama dengan rasul di akherat merupakan tempat yang diidam-idamkan setiap mukmin. Anak merupakan salah satu jalan untuk meraih tempat tersebut.

Khotimah
Sekarang, pertanyaan bagi setiap orang tua adalah, apakah sudah mendidik anak-anaknya dengan baik Ataukah sebaliknya? Oleh karena itu, belajar bagaimana mendidik anak dengan benar merupakan jalan yang terbaik bagi setiap orangtua agar anak-anaknya menjadi anak sholeh dan dapat menjadi tabungan ketika meniggal. Jika tidak sanggup, maka pondok pesantren dan sekolah unggulan yang berbasis agama(dien) yang baik, dan TPA(Taman Pendidikan Al Qur’an ) menjadi pilihan terakhir untuk meraih cita-cita mulia tersebut.Allahu a’lam bisshowab.

Daftar Pustaka:
Fi Tarbiyatil Aulad Fi Al Islam, Syeikh Muhammad Said Mursi. Ifham Tiflak Tanjah Fi Tarbiyati, adil fatih Abdullah. Sisilatul Buyut Al Muthmainnah, DR.Nashir Umar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar