Rabu, 02 September 2009

Agar Ramadhan Lebih Bermakna

Tidak terasa setengah dari bulan penuh berkah telah kita lewati, dan bulan Ramadhan akan meninggalkan kita. Kita tidak tahu, apakah tahun depan kita masih berumur panjang dan bertemu dengan bulan Ramadhan apa tidak? Dapat berpuasa lagi atau tidak? Oleh karena itu, marilah kita memaksimalkan waktu yang ada untuk bertaubat, beristighfar, dan beribadah dengan sebanyak-banyaknya.
Menyambut sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan kebanyakan orang semakin sibuk, bukan shalat dan ibadah akan tetapi belanja ke mall-mall, supermarket, toko-toko baju dan makanan. Akibatnya masjid semakin maju (shafnya) karena jamaahnya sibuk berbelanja. Hal ini acapkali kita temukan ketika menjelang Idul Fitri. Padahal Idul Fitri tidak harus bermakna baju baru, sarung baru, dan makanan serba enak dan lengkap. Rasulullah sebagai suri tauladan kaum muslimin. Beliau dalam menyambut sepuluh hari terakhir ramadhan adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadahnya. Lantas ibadah apa yang beliau lakuan? Berikut amalan-amalan rasul dalam menyambut sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan:
1.Memperbanyak Sedekah
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat dermawan dan melarang bakhil. 'Aid Fathi 'Abdullah dalam kitabnya Buyutuna Kama Yajibu An Takuna mengatakan bahwa bakhil adalah sifat orang-orang beriman dan bakhil adalah salah satu sifat orang-orang munafik. Rasul bersabda:
السَّخِيُّ قَرِيْبٌ مِنَ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ الْجَنَّةِ قَرِيْبٌ مِنَ النَّاسِ, بَعِيْدٌ عَنِ النَّارِ.
”Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia dan jauh dari neraka"(HR Thurmidzi)
Dalam satu riwayat dikatakan bahwa rasul adalah orang yang sangat pemurah, dan pada bulan ramadhan ia lebih dermawan lagi, bahkan dikatakan lebih cepat dari angin berhembus.
Sedekah dalam bulan puasa sangat bagus, dan lebih baik lagi ia dapat memberi buka orang yang berpuasa. Rasul bersabda:
مَنْ فَطَرَ صَائِمًاكُتِبَ لَهُ مِثْلَ أَجْرِهِ إِلاَّ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمُ شَيْءٌ.
”Barang siapa yang menyediakan makanan bagi orang yang berpuasa, niscaya ia akan mendapat pahala seperti orang yang puasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun"(HR An Nasai di sahihkan Al Albani)
Selain memberi buka orang yang berpuasa, sedekah dapat diberikan kepada orang yang membutuhkan, seperti tetangga yang kekurangan, fakir miskin, peminta-minta dan sebagainya.
2.Memperbanyak Membaca Al Qur'an

Al-Qur’an diturunkan perama kali di bulan Ramadhan. Maka tak heran jika Rasulullah saw. lebih sering dan lebih banyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan dibandingkan di bulan-bulan lain. Imam Az-Zuhri berkata, “Apabila datang Ramadhan, maka kegiatan utama kita selain berpuasa adalah membaca Al-Qur’an.” Bacalah dengan tajwid yang baik dan tadabburi, pahami, dan amalkan isinya. Insya Allah, kita akan menjadi insan yang berkah.
Imam Syafi'i ketika bulan Ramadhan dapat mengkhatamkan Al Qur'an sebanyak 60 kali, Qatadah dapat khatam setiap 3 hari sekali. Bahkan Al Zuhri menutup majlis hadis yang biasa ia isi, untuk berkonsentrasi dalam membaca Al Qur'an.
3.Memperbanyak Dzikir dan Istighfar
Bulan Ramadhan datang hanya setahun sekali, jika tidak dimanfaatkan dengan maksimal maka orang tidak akan mendapatkan apa-apa. Ibadah yang tidak yang paling murah, akan tetapi sangat besar pahalanya yaitu dzikir dan beristighfar.
Oleh karena itu, jangan sampai lisan dan hati kita berhenti dari dzikir, karena jika hati jauh dari dzikir, maka syaithan akan merasuk kedala hati dan membisik-bisikan orang tersebut untuk melakukna kemaksiatan dan melanggar tatanan Allah ta'ala. Selain itu meninggalkan hal-hal yang melalaikan dari berdzikir seperti, meliat televise, ngobrol dengan tetangga dan sebagainya yang menyebabkan hati lalai untuk berinteraksi dengan Alla.
4.I’tikaf
Inilah amaliyah ramadhan yang selalu dilakukan Rasulullah saw. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribada kepada Allah swt. Abu Sa’id Al-khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah beri’tikaf pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan, dan paling sering di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Sayangnya, ibadah ini dianggap berat oleh kebanyakan orang Islam, jadi sedikit yang mengamalkannya. Hal ini dikomentari oleh Imam Az-Zuhri, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan i’tikaf padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”
5.Menggapai Lailatul Qadar
Ada bulan Ramadhan ada satu malam yang istimewa: lailatul qadar, malam yang penuh berkah. Malam itu nilainya sama dengan seribu bulan. Rasulullah saw. amat menjaga-jaga untuk bida meraih lailatul qadar. Maka, Beliau menyuruh kita mencarinya di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Kenapa?
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
"Barang siapa yang shalat pada malam lailatul qadar dengan ikhlas dan mengharap ridha Allah, maka dosa-dosanya akan diampuni" (HR Muslim/VI/ 468 no 1768)
6.Umrah
Jika Anda punya rezeki cukup, pergilah umrah di bulan Ramadhan. Karena, pahalanya akan berlipat-lipat. Rasulullah saw. berkata kepada Ummu Sinan, seorang wanita Anshar, agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara denagn haji bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari dan Muslim)
7.Zakat Fitri(lebih dikenal zakat fitrah)
Kewajiban setiap setiap muslim dipenghujung bulan Ramadhan adalah membayar zakat fitri, yaitu membayar setiap orang 2,5 kg makanan pokok daerah setempat. Zakat ini dibebankan kepada setiap muslim, baik yang besar, kecil, muda dan tua semua berkewajiban membayarnya, kecuali yang tidak mampu. Tujuan dari zakat fitri adalah untuk mensucikan orang yang membayarnya dan membantu fakir dan miskin.
Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat memaksimalkan ibadah pada bulan Ramadhan tahun ini, dan mendapatkan lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah A'lam bish shawab.

Selasa, 01 September 2009

Investasi Akherat

Anak adalah Ujian
Salahsatu cita-cita dari pernikahan yang syah adalah lahirnya anak yang sholeh dan sholehah. Anak merupakan nikmat yang besar, terbukti ketika orang belum dikaruniai anak oleh Allah, ia merasa resah, gelisah, kehidupan berkeluarga terasa sepi, sehigga ia senantiasa berharap agar Allah segera memberikan anak yang akan membuat rumahtangganya menjadi penuh dengan kebahagiaan dan kesenangan.
Akan tetapi, nikmat yang besar dapat berubah menjadi bencana yang dahsyat jika salah dalam mendidiknya. Anak yang dihrapkan menjadi penyejuk pandangan berubah menjadi lawan yang senantiasa menebar permusuhan. Allah berfirman:
“Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(At Taghobun: 14)

Pahala Tak Terputus
Anak yang lahir di dunia merupakan nikmat bagi orangtua. barang siapa mendidiknya dengan baik, maka anak tersebut menjadi anak sholeh. Anak sholeh merupakan investasi yang tidak terputus, pahala itu akan mereka terima terus-menerus, walaupun keduanya sudah meninggal. Rasulullah bersabda:

إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلِهِ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٍ وَ عِلِمٍ يُنْـتَفَعُ بِهِ وَ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“ Apabila anak adam meniggal, maka terputus segala amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakannya”(H.R Muslim)

Jangan Jadikan Anak Anda Yatim
Sebagian orang mengira bahwa tanggung jawab terhadap anak adalah tanggung jawab yang bersifat material saja. Baju ia dibelikan yang paling mahal, kendaraan dibelikan keluaran terbaru, dan seluruh kebutuhan dicukupi. Akan tetapi, mereka lupa atau pura-pura tidak tahu bahwa tanggung jawab yang paling besar adalah tanggung jawab pendidikan anak-anak mereka. Rasulullah bersabda:
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا أَفْضَلُ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ.
“Tidaklah ada sesuatu yang lebih baik dari apa yang diberikan orang tua kepada anaknya selain akhlak yang mulia”(HR At-Turmidzi)

Pendidikan adab dan akhlak yang mulia merupakan benteng yang kokoh untuk melawan arus peradaban barat yang senantiasa mengikis adab-adab Islami. Jika benteng itu tidak ada, maka akan jadi apa generasi muda umat ini?.
Orang berilmu pasti tahu bahwa Islam telah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap anak ketika masa perkembangan, seperti dikumandangkannya adzan dan iqomah ketika bayi baru lahir. Bahkan ketika masih belum lahirpun calon ayah dianjurkan agar mencari istri yang solehah, dengan harapan dari isteri yang solehah akan lahir generasi kuat jasmani dan rohani..
Akan tetapi sebaliknya, jika orang tua bersikap acuh tak acuh terhadap akhlak anaknya dan merasa cukup dengan mencukupi materi saja, maka anak tersebut laksana anak yang terlunta-lunta, karena tidak ada yang membenarkannya ketika salah dan tidak ada yang meluruskan ketika ia berjalan bengkok. Berkata Ahmad Syaukani(penyair) dalam bait syairnya:
“Anak yatim bukan yang ditinggal orangtuanya
yang membuat hidupnya menderita lagi terhina
Tapi anak yatim adalah yang merana
(ketika) ibu dan bapaknya masih ada tapi sibuk semua”

Kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat berimbas dengan terkikisnya iman dan adab Islami dalam pergaulan, dan orang yang pertama kali terpengaruh dengan perubahan tersebut adalah anak-anak. Oleh karena itu pada zaman sekarang ini anak-anak memerlukan perhatian khusus dalam memelihara dan mendidik mereka. Agar mereka tidak menjadi yatim pada saat hidup bersama orangtuanya.

Jangan Jadi Roqub (Orang Yang Terputus Keturunannya)


Istilah raqub merupakan istilah yang dikenal di Arab, menurut perkataan orang Arab artinya ialah orang yang ditinggal mati anak-anaknya. Sikap acuh orang tua terhadap pendidikan akhlak dan akidah bukan hanya berdampak pada anak saja. Akan tetapi, orangtua yang menelantarkan pendidikan anak-anaknya, kelak ia akan menyesal karena ia tidak akan mendapat apa-apa di akherat.
Pada suatu hari nabi ditanya para sahabat tentang roqub, maka nabi menjawab dengan pertanyaan:
مَا تَعُدُّوْنَ الرَّقُوْبَ فِيْكُمْ؟ قَالُوا: اَلَّذِيْنَ لاَ يُوْلَدُ لَهُ فَكَانَ الْجَوَابُ الْمُسَّدَدُ بِالوَحيْ: لَيْسَ ذَاكَ بِالرَّقُوْبِ وَلَكْنَّ الرَّجُلَ الَّذِي لَمْ يُقَدِّمْ مِنْ وَلَدِهِ شَيْئًا
“Apa yang dimaksud raqub menurut kalian?” mereka menjawab,”orang yang tidak mempunyai anak”. Maka jawaban nabi yang senantiasa berdasarka oleh wahyu,”Bukan itu yang dimaksud dengan raqub. Raqub adalah seseorang yang tidak tidak mendapatkan kebaikan dengan keberadaaan anaknya.(HR Ahmad dan Muslim)


Berbahagia Dengan Anak Perempuan

Permasalahan anak merupakan hal ghaib, tidak ada yang mengetahui kecuali Allah. Laki-laki maupun perempuan merupakan hak Allah yang tidak ada seorangpun dapat memaksa Allah agar meuruti keinginnya. Allah berfirman:

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”(As Syura: 49-50)

orang-orang jahiliyah marah dan malu jika mendapat kabar bahwa istrinya melahirkan anak perempuan, sebaliknya mata mereka akan berbinar-binar dan merasa senang jika mendapatkan anak mereka laki-laki. Firman Allah berfirman:

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah, Ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An Nahl: 58-539)

Nampaknya penyakit ini mulai menjakiti jiwa-jiwa orangtua pada zaman sekarang ini, Padahal seharusnya ia merasa bangga dan senang dengan anak perempuan, Nabi bersabda:
مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّي تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَـاوَهُوَ كَهَاتَيْنِ, وَضَمَّ أَصَابِعَـهُ
“Barangsiapa mengasuh dua anak perempuan sehingga keduanya baligh, maka ia akan datang pada hari kiamat nanti bersama saya”. Kemudian menempelkan dua jarinya(telunjuk dan jari tengah)” (HR Muslim)

Bersama dengan rasul di akherat merupakan tempat yang diidam-idamkan setiap mukmin. Anak merupakan salah satu jalan untuk meraih tempat tersebut.

Khotimah
Sekarang, pertanyaan bagi setiap orang tua adalah, apakah sudah mendidik anak-anaknya dengan baik Ataukah sebaliknya? Oleh karena itu, belajar bagaimana mendidik anak dengan benar merupakan jalan yang terbaik bagi setiap orangtua agar anak-anaknya menjadi anak sholeh dan dapat menjadi tabungan ketika meniggal. Jika tidak sanggup, maka pondok pesantren dan sekolah unggulan yang berbasis agama(dien) yang baik, dan TPA(Taman Pendidikan Al Qur’an ) menjadi pilihan terakhir untuk meraih cita-cita mulia tersebut.Allahu a’lam bisshowab.

Daftar Pustaka:
Fi Tarbiyatil Aulad Fi Al Islam, Syeikh Muhammad Said Mursi. Ifham Tiflak Tanjah Fi Tarbiyati, adil fatih Abdullah. Sisilatul Buyut Al Muthmainnah, DR.Nashir Umar

Tumbal dan Sesajen

A.Tumbal Dan Sesajen
Tumbal adalah sesuatu yang digunakan untuk menolak penyakit dan marabahaya, atau disebut tolak bala. Tumbal biasanya berupa penyembelihan hewan. Seperti. Menyembelih ayam agar disembuhkan dari penyakit yang diderita.
Sedangkan sajen merupakan makanan, bunga-bungaan, buah-buahan dan hasil panen yang disajikan kepada orang, jin(makhluk halus), penguasa tempat tertentu, keris dan semisalnya. Sesajen merupakan warisan budaya Hindu dan Budha yang biasa dilakukan untuk memuja para dewa, roh atau penunggu tempat (Jawa; Danyang)
Jadi pada intinya tumbal dan sesajen adalah mempersembahkan sesuatu kepada orang atau makhluk halus (roh, jin, lelembut, penunggu, dll) dengan harapan agar makhluk tersebut tidak mengganggu, dan mendatangkan bahaya kepadanya.

B.Jangan Dekati Syirik

Dalam masyarakat Indonesia dan Jawa khususnya, masih banyak acara ritual di yang dalamnya menggunakan sesajen dan tumbal. Seperti penyembelihan kerbau atau sapi, lalu kepalanya di tanam di dalam tanah yang di atasnya akan dibangun jembatan, gedung dan proyek-proyek lainnya. Tujuan dari penanaman kepala kerbau itu agar pembangunannya lancar, dan bangunannya tidak mudah rusak dan ambrol.
Selain sebagai wasilah(sarana) doa, sesajen juga digunakan sebagai ungkapan rasa sukur, seperti ketika hari panen. Mereka mengadakan ritual di sawah, kemudian setiap pojok-pojok sawah diberi telur, nasi ,bunga dan lain-lain yang dibugkus dengan takir(tempat yang biasa terbuat dari daun pisang).
Penyembelihan tumbal dan pemberian sesajen termasuk perbuatan syirik, orang yang berbuat syirik akan menjadi orang yang rugi di akherat karena pahala akan berhamburan tanpa ada sisa sedikitpun. Sedangkan di dunia benda-benda tersebut tidak akan dapat mendengar apalagi mengabulkan doa. Benda-benda tersebut tidak dapat memberi apa yang mereka pinta hingga hari kiamat. Allah berfirman:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمّّنْ يَدْعُوْا مِنْ دُوْنِ اللهِ مَنْ لاَّ يَسْتَجِيْبُ لَهُ, إِلَي يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُوْنَ
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sesembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka .(Al Ahqof:5)

Orang yang menyembelih hewan untuk tumbal dilaknat oleh Allah, karena juga termasuk dari menyekutukan-Nya.. Rasulullah bersabda:
لَعَنَ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْـرِ اللهُ.
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah”.(HR Muslim)
Doa merupakan ibadah dan dalam Islam doa hanya kepada Allah saja. Barang siapa yang berdoa kepada selain-Nya maka ia jatuh kedalam perbuatan syirik. Orang yang beriman tidak akan berbuat syirik, karena seluruh amal ibadahnya diikhlashkan untuk Allah Ta’ala semata. Sebagaimana perintah Allah:

“Katakanlah sesungguhnya shalatku, ibadahnku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Raab(penguasa) seluruh alam. Tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yagn diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yag pertama-tama menyerahkan diri(kepada Allah)” (QS al an’am: 162-163)

Kesyirikan yang berkembang di masyarakat sangat banyak. Akan tetapi, kadang acara ini dibungkus dengan nama-nama yang indah, sehingga banyak masarakat tertipu. Syirik berubah nama menjadi sedekah bumi, sedekah laut Grebeg Suro dan lain sebagainya, sehingga kadang kesyirikan dianggap budaya yang harus dilestarikan, Padahal Allah berfirman:
إِنَّ الشِّـرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ.
“Sesungguhnya kesyirikan adalah kedzaliman yang besar”(Al Luqman:13)
Kesyirikan sekecil apapun adalah dosa besar dan tidak akan diampuni Allah kecuali setelah taubat, Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun” (Al Maidah:48)

Firman-Nya yang lain:
إِنَّ اللهَ لاَ يَغْـفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْـفِرُ مَا دُوْنَ ذلِكَ لِمَنْ يَّشَـاءُ.
“Sesungguhnya Alah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengmpuni segala dosa yang selain dari (syirik)itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”(An-Nisa:48)


C.Masuk neraka karena lalat

Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam pernah mengisahkan seseorang yang masuk neraka karena seekor lalat, dan masuk surga karena seekor lalat. Beliau bersabda:
"Ada seseorang masuk surga karena seekor lalat, dan ada seseorang masuk neraka karena seekor lalat pula." Para shahabat bertanya," Bagaimana hal itu ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang memiliki berhala. Tak seorang pun dapat melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban. Ketika itu berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua orang tersebut,"Persembahkanlah korban kepadanya." Dia menjawab,"Aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat kupersembahkan kepadanya." Mereka pun berkata kepadanya lagi," Persembahkan meskipun seekor lalat." Lalu orang tersebut mempersembahkan seekor lalat dan mereka pun memperkenankan dia untuk meneruskan perjalanan, maka dia masuk neraka karenanya. Kemudian mereka berkata kepada yang lain," Persembahkanlah korban kepadanya." Dia menjawab" Tidak patut bagiku mempersembahkan sesuatu kepada selain Allah Azza wa Jalla." Kemudian mereka memenggal lehernya. Karenanya orang ini masuk surga."

Perhatikan bagaimana kondisi orang yang melakukan persembahan kepada selain Allah dalam hadits di atas. Dia tidak dengan sengaja memanjatkan persembahan itu, akan tetapi hanya sekedar untuk melepaskan diri dari perlakuan buruk para pemuja berhala, dan hanya mempersembahkan seekor lalat, namun ternyata telah menjerumuskannya ke dalam neraka.
Jika demikian, maka bagaimana halnya dengan yang melakukan penyembelihan untuk selain Allah, lebih dari seekor lalat dan atas kemauan dan sendiri? Wallahu a’lam bisshowab. solo, 1/9/2009

Mencetak Generasii Qur'ani

MENCETAK GENERASI QUR ‘ANI

1.Pentingnya belajar Al Qur’an
Sesungguhnya generasi ini membutuhkan shohalahidin-sholahudin baru yang tangguh sehingga dapat memikul serta menyerukan kebenaran. Islam membutuhkan generasi yang muslimin yang mampu memerangi kaum orientalis, komunis dan sekuler yang senantiasa berusaha menyesatkan umat islam sekarang ini.
Salah satu cara untuk menyiapkan generasi yang tangguh adalah dengan mengajar anak-anak muslim tentang Al Qur’an.dan jangan sampai anak-anak ini jauh dari alqur’an,apalagi buta tentangnya. Orang tua merupakan orang yang pertama kali bertanggung jawab tentang hal ini. Karena mereka adalah sekolah pertama sebelum anak mereka sekolah di luar. Mengenalkan anak tentang Al Qur’an sangatlan penting, dan orang yang mengajar Al Qur’an tidak akan rugi. Nabi bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُـرْءَانَ وَ عَلَّمَـهُ
”Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya(HR Bukhori)
Mengajar Al Qur’an merupakan amal yang tidak terputus pahalanya. Jadi barang siapa mengajarkan Al Qur’an, maka ia akan mendapat pahala dari orang yang ia ajar, walaupun ia sudah meninggal .

2.Penyebab Generasi Ini Jauh Dari Alqur’an
Sesungguhnya selama berabad-abad kaum muslimin menguasai sepertiga dunia dengan memegang teguh syari’at islam. Sehigga pada zaman itu banyak orang Eropa(kafir) belajar ke Negara-negara islam untuk menimba ilmu dan teknologi. Akan tetapi, setelah mereka mendapat ilmu dari kaum muslimin, mereka menyerang dan membantai umat islam dengan segenap kekuatan mereka. Sehingga terjadi perang salib I dan perang salib II.Perang dengan senjata atau fisik senantiasa dimenangkan kaum muslimin(dengan izin Allah). Sehingga sekarang ini mereka (orang kafir) berusaha menyerang kaum muslimin dengan perang dingin(biasa disebut Ghozwu fikri) atau perang pemikiran. Inti dari Ghozwul Fikri adalah menjauhkan muslimin dari Al Qur’an.
Sarana yang menjadi tunggangan kaum kafir adalah 3S; Sport(olahraga) , Song(nyanyian), dan Sex(pergaulan lawan jenis). Dengan menggunakan 3S ini banyak generasi muda yang terseret lumpur syahwat dan syubhat (kerancuan berfikir).
Generasi seperti ini merupakan generasi yang meprihatinkan. Mereka tidak mengenal Al Qur’an kecuali tulisannya saja, mereka tidak mengenal masjid kecuali bangunannya saja. Di kepala mereka hanya ada nyanyian sampah dan uang. Mereka besemangat mencari ilmu dunia, tapi malas mencari ilmu agama(dien), sehingga mereka mahir Iptek akan tetapi tidak beriman dan takwa kepada Allah(istilah jawa; pinter neng keblinger) Na’udzubillah
Oleh karena itu, mendekatkan generasi muda dengan Al Qur’an merupakan cara yang paling tepat agar mereka semangat untuk mencari ilmu dunia dan juga ilmu akherat. Sehingga akan lahir ilmuwan-ilmuwan yang menguasai iptek dan di sisi lain ia adalah hamba yang taat kepada Allah Ta’ala.

3.Agar Sukses Mendidik Anak
Sukses dalam mendidik anak merupakan idaman setiap orangtua. Dan tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi anak yang durhaka. Baik durhaka kepada orangtuanya maupun kepada Allah. Adapun cara mendidik anak agar menjadi generasi rabbani(generasi yang islami) adalah sebagai berikut:
a.Dalam mendidik anak ikhlas mencari ridlo Allah. Karena amal yang tidak ikhlas akan sia-sia di hadapan Allah.

b.Mengajarkan Al Qur’an kepada anak-anak semenjak kecil. Ada perumpamaan mendidik adalah seperti merawat pohon. Semakin besar maka akan semakin sulit.

c.Menanamkan aqidah yang lurus dan meniggalkan menyekutukan Allah. Berkata lukman al hakim kepada anaknya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS Lukman:13)
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.(QS Al An’am:82)
d.Memberi contoh dan suri tauladan yang baik

Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. .(QS Ash Shof: 3)
e.Mendidik anak dengan kasih sayang
f.Sabar; mendidik anak membutuhkan kesabaran keuletan, karena mengarahkan anak kepada ketaatan kepada Allah tidak semudah mencetak roti pada adonan.
g.Menjaga iman agar tetap istiqomah.Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (Al Fushilat:30)
Allahu A'lam bish shawab

kesalahan mendidik anak

3 KESALAHAN MENDIDIK ANAK

1. Pentingnya Pendidikan Anak
Wahai para pendidik, dan orang tua serta orang yang membentuk generasi Islam untuk tunduk kepada Allah dan menngikuti sunnah rasul. Sungguh tarbiyatul aulad(pendidikan anak) merupakan perkara yang besar. Tidak sedikit anak yang durhaka terhadap orangtuanya, dan salah satu penyebab kedurhakaan itu adalah kesalahan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Rasullah bersabda:
وَ الرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَ هُوَ مَسْئُوْلٌ عُنْ رَعِيَّـتِهِ(رواه البخارى)
“Dan ayah adalah pemimpin(keluarganya-pent) dan ia akan dimintai pertanggunjawaban dari atas kepemimpinnya”(HR Bukhori )

Allah ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At Tahrim:5)
Dari ayat diatas terdapat bimbingan agar orang beriman menjaga diri dan keluarganya dari api neraka, termasuk anak dan orang yang berada di bawah tanggung jawabnya.
Setiap pendidik baik praktisi maupun orang tua akan berusaha sekuat-kuatnya untuk menghasilkan yang terbaik bagi anak didiknya. Lalu bagaimanakah caranya?. Dr. Muhammad bin Abdullah As Sahim berpesan kepada para pendidik “ berpegang teguhlah dengan syariat Allah, mengikuti sunnah rasul dan berdoa kepada Allah, merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan mendidik anak”.

2. Kesalahan Mendidik Anak
Dalam kitab min akhtoina fi tarbiyati auladina Dr. Muhammad bin Abdullah As Sahim menyebutkan beberapa kesalahan orangtua dalam mendidik anak. kesalahan ini bisajadi karena tidak sengaja atau karena kurangnya ilmu dari pendidik. adapun kesalahan itu antara lain:

a. Takut Kepada Manusia
Jika kita memperhatikan banyak orang mendidik anaknya dengan tanpa sadar membelokkan ketakutan kepada Allah menjadi ketakutan kepada manusia. Menjadikan anak-anak mereka mengharap ridlo, pujian mereka. Selain itu mereka dididik takut dan benci dicela mereka. Sering kita dengar perkataan: nak, jangan kamu lakukan ini, karena orang akan menertawanmu. Nak, lakukan ini agar orang suka kepadamu. Dan ucapan senada yang mendidik anak untuk menjadika manusia sebagi timbangan dari semua tindakannya.
Sikap semacam ini secara tidak disadari mendidik anak untuk berbuat riya’. Sehingga pada akhirnya anak akan mengikuti nafsu orang banyak tanpa mempertimbangkan Allah ridlo apa tidak.
Tidak disangkal lagi, dengan pendidikan seperti ini anak akan mudah melanggar syariat disaat tidak terawasi oleh orang yang faham bahwa tindakan itu melanggar syariat.
Muawiyah pernah menulis surat kepada Aisyahyang isinya meminta nasehat yang singkat dan padat, maka Aisyah menulis sabda rasul:
مَنِ الْتَمَسَ رِضَ اللهِ بِسَخَطِ النَاسِ كَفَاهُ اللهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رَضَ النَّاسَ بِسَخَطِ
اللهِ وَكَلَهُ اللهُ إِلَى النَّـاسِ(رواه الترميذي)
“Barangsiapa mengharapkan ridlo Allah dengan rela mendapat murka manusia, maka Allah akan mencukupkan dia dari tanggungan manusia; dan barngsiapa mengharapkan ridlo manusia dan rela mendapat murka Allah, maka Allah akan jadikan dia tergantung kepada manusia .” (HR At-Tismidzi)
Pujian manusia bukan tujuan, sanjungan bukan impian yang hendak dicapai, akan tetapi ridlo dan cinta Allah-lah yang menjadi tujuan dan harapan dari ibadah seorang hamba.

b. Mendidik Dengan Motivasi Dunia
Pernah ditanyakan kepada anak-anak pertanyaan,”untuk apa kamu belajar? Jawaban mereka,”Berhasil dalam memperoleh pekerjaan yang layak, jabatan yang tinggi, rumah yang luas, dan kendaraan yang mewah. Dari jawaban tersebut tersirat bahwa anak tersebut menjadikan dunia sebabagai tujuan.
Dengan memotifasi dunia, maka secara tidak sadar orangtua mengarahkan anak-anaknya untuk meraih ijazah dan nilai. Bukan manfaat dari belajar. Sehingga ia merasa sekolah hanya sekedar formalitas untuk mewujudkan cita-cita.
Akibat dari metode ini maka anak lebih suka memperturutkan hawa nafsu, dan lalai tentang akherat. Sehingga ia akan menempuh segala cara untuk meraih dunianya dengan mengesampingkan akherat. Padahal masalah dunia Allah sudah mengatur dan menjamin rizki dari setiap makhluk-Nya, Allah berfirman:
“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha mendengar lagi Maha mengetahui”(Al Ankabut: 60).

c. Tidak Ada Suri Tauladan
Sekarang ini banyak orang tua tidak memperhatikan anak dalam permasalahan siapa yang akan menjadi teladan mereka. Sehingga anak mencari idola dari kalangan artis dan penyanyi. Lebih parah lagi kadang orangtua memberi dukungan kepada anak-anaknya ketika dapat menirukan gaya dan tingkah laku artis. Sehngga sianak semakin mantap dengan tingkah laku seperti artis tersebut. Mungkin ada yang membantah, “itu kan Cuma gaya saja, hatinya kan tetap baik”.
Berkata ibnu taimiyah,”Sesungguhnya kesamaan dalam hal dhahir akan menimbulkan rasa suka dan cinta di dalam hati,sebaliknya rasa kecintaan dalam hati akan menimbulkan rasa ingin sama dalam hal dhahir”.
Bila kesamaan dalam masalah dunia dilarang, maka bagaimana halnya bila dalam masalah agama(dien)? Dalam hal ini Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”(Ali Imran:118)

Mencarikan teladan dan teman yang baik merupakan tanggung jawab pendidik dan orang tua, dan sebaik-bainya tauladan adalah nabi Muhammad dan para sahabat. Karena mereka kemuliaan mereka sudah dijamin oleh Allah ta’ala.